penentuan tanggal 1 Ramadhan terjadi lagi silang pendapat antara dua ormas besar di republik ini. antara NU dan MUHAMMADIYAH, jauh hari muhammadiyah telah memberikan pengumuman kepada warga muhammadiyah dan simpatisan bahwa tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari selasa tanggal 9 juli 2013. sedangkan pemerintah yang di dalamnya kebanyakan dari PBNU mengumumkan 1 ramadhan tanggal 10 juli 2013, yang bingung sekarang ialah masyarakat awam yang tidak tau apa-apa, sedangkan islam mengajarkan bukan berapa derajatnya tapi yang melihat bulannya. kalau mummadiyah menyatakan itu dan bisa dipertanggungjawabkan kenapa tidak kita bersama-sama berpuasa saja. terlepas dari itu untuk menjalin persatuan dan kesatuan marilah kita singkirkan ego masing-masing. bukan muhammadiyah juga bukan NU tapi kita ini ISLAM, bagaimana islam akan bangkit kalau penetapan 1 Ramadhan saja berbeda. Indonesia memang terdiri dari berbagai suku bangsa tapi tidak mesti juga dalam hal agama kita berbeda...
perubahan kecil
Senin, 08 Juli 2013
Minggu, 07 Juli 2013
webmaster indonesia
Senin,
13 Agustus 2012
|
Mengenal Gita
Cherry Webmaster Google Pertama dari Indonesia – Mungkin tidak
banyak yang mengenal gadis cantik bernama lengkap Gita Cherry Prabhandhari ini. Gita adalah orang pertama dan
satu-satunya ( the one and only ! ) webmaster orang Indonesia yang bekerja di kantor
raksasa search engine Google. Gita gadis penggemar media digital ini lahir di
Indonesia, memperoleh beasiswa pasca sarjana melanjutkan kuliahnya di
Ritsumeikan Asia Pacific University Jepang dan sekarang bekerja sebagai Search Quality
Associate – Indonesian di markas besar Google di kota Dublin
Irlandia. Wow..kereeenn euy..!! Inilah srikandi Indonesia yang mendeklarasikan
dirinya sebagai Google
spam-fighter !! So buat blogger yang hobi nyepam ini dia nih
mata-matanya Google khusus buat ngawasin para spammer di Indonesia. Gita juga
adalah orang yang berjasa banyak membantu Kaspar
Szymanski (Google Webspam Team) untuk menjawab pertanyaan beruntun dari
para blogger Indonesia saat google mengumumkan bahwa “Kontes SEO di Indonesia Melanggar TOS
Google” pada bulan Maret 2012 kemarin. Baca beritanya : disini
Si
manis yang menguasai 3 bahasa Indonesia, Inggris dan Jepang ini punya
spesalisasi di bidang Spam Investigation, Digital Media Planning, Web
Analytics, Oral History, Social Research dan Web Building. Kemudian karena
jabatannya sebagai Search Quality Associate – Indonesian maka Gita memiliki beberapa
tugas utama seperti :
- Peninjauan ulang kualitas dan konten situs
- Meningkatkan kualitas hasil pencarian Google dengan mengevaluasi website untuk mengidentifikasi bidang yang menjadi perhatian dan kepentingan
- Bekerja sama dengan tim teknik untuk meningkatkan kualitas pencarian Google
- Mengembangkan dan berbagi praktek untuk penyelidikan pencarian kualitas dan analisis
- Memeriksa dan menganalisis isu-isu kualitas pencarian di indeks Google
- Fokus pada kualitas pencarian Google di Indonesia
Nah
itu dia sobat sedikit profil tentang Gita Cherry
Webmaster Google Pertama dari Indonesia. Buat yang ingin
mengenal lebih jauh atau ingin berkomunikasi dengan mbak Gita silahkan kunjungi
akun google plus Gita
Cherry dan masukkan Gita dalam lingkaran anda. Sebagai blogger
sepatutnya kita turut bangga karena ternyata diluar sana ada seorang webmaster
hebat dari Indonesia.
pengaduan ke pihak JNE
perlakuan jasa pengiriman barang JNE yang kurang profesional membuat banyak orang yang kurang sregg. pengaduan saya terkait paket yang dikirimkan dari bandung sudah tertunda sudah hampir 1 pekan. padahal paket itu saya cek di tracking online sudah terkirim dan yang menerima lisa, padahal diatas paket sudah jelas nama yang dikirimi dan ada juga nomor hp saya, tapi tidak pernah juga ditelpon pihak JNE ataupun disms. malah disuruh lagi menunggu dengan alasan akan melakukan penarikan dari pihak yang menerima, jangan-jangan pihak JNE ini mengirim barang hanya asal-asalan saja yang penting barang terkirim, tapi ini kan merugikan banyak pihak baik pihak yang mengirim barang(toko online) maupun pihak dari yang memesan paket. sekiranya dari pengaduan ini bisa diperbaiki kinerja JNE kota makassar supaya lebih profesional lagi karena ongkos pengiriman barang juga naik seharusnya kinerja para pekerja menjadi lebih profesional jangan hanya mau untung saja.
Selasa, 02 Juli 2013
kenaikan BBM
Kenaikan BBM memicu reaksi banyak pihak, dari kalangan rakyat biasa sampai anarkisnya aksi mahasiswa yang membuat aparat keamanan begitu ketat dalam mengamankan masyarakat dan mahasiswa yang bertindak anarkis dalam aksi. mahasiswa yang turun atas nama rakyat berusaha terus mendapatkan simpatik dari lapisan masyarakat tapi sebaliknya hanya mendapat antipati dikarenakan terlalu membuat masyarakat tidak leluasa move on dari jalan akibat dari para aksi mahasiswa tersebut. disisi lain pemerintah dengan iming-iming bantuan langsung tunainya membuat masyarakat ada yang pro dan kontra. begitu banyak masyarakat kita yang seharusnya mendapatkan bantuan tapi mereka tidak mendapatkan,begitu sebaliknya, tidak tepat sasarannya bantuan ini yang menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat membuat mereka banyak melakukan aksi di pemerintahan.
Pendekatan SAVI
Pendekatan Savi (Somatis, Auditor,
Visual Dan Intelektual) Sebagai Upaya Peningkatan Potensi Dan Prestasi Belajar siswa
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada kekhawatiran menyeruak, ketika
menyaksikan tawuran antar pelajar bergejolak dimana-man. Ada kegalauan muncul
kala menjumpai realitas guru lebih banyak memberikan hukuman (punishment)
daripada memberikan penghargaan (reward) kepada siswanya. Ada kegelisahan
muncul, saat melihat siswanya berteriak girang tatkala mendengar gurunya tidak
hadir hari ini. Ada kegundahan membuncah tatkala menyaksikan para guru turun ke
jalan, berdemo berhari-hari menuntut kenaikan gaji.
Mengapa kwatir, galau, gundah dan
gelisah? Realitas pertama menunjukan bahwa pelajar kini sangat dekat dengan
kekerasan, yang jelas bertotalk belakang dengan dunia mereka sendiri yakni
dunia pendidikan dan keilmuan. Pendidikan adalah dunia yang terlahir dari
rahim kasih sayang. Seorang ibu akan mengasuh dan mendidik anaknya disebabkan
naluri kasih sayang yang dimilikinya. Jadi, jelas kekerasan pelajar
ini menyisakan sebuah pertanyaan besar. Mengapa dunia kasih sayang kini
mulai melahirkan kekerasan?
Realitas kedua menyiratkan mulai
meredupnya nuansa kasih sayang dalam berinteraksi anatara
guru dengan siswa. Aroma konflik dan kerengangan hubungan terasa
mengental saat guru lebih suka menghukum daripada tersenyum , saat guru lebih
suka menghardik daripada daripada bersikap empati. Alhasil apabila hal
ini dicermati lebih jauh akan muncul satu pertanyaan besar lagi. Adakah para
guru sudah beralih fungsi dari merengkuh dan membimbing menjadi menghukum
dan menghakimi belaka?
Realitas ketiga menggambarkan adanya
perbedaan rasa antara guru dengan siswa. Kedua pihak secara fisik memang
berkumpul dan bertemu diruang-ruang kelas di sekolah, tapi pada
kenyataannya mereka tida beminat untuk bertemu. Lantas pertemuan menjadi beban
belaka bagi kedua pihak. Karena terpaksa saja keduannya bisa berkumpul
dalam satu ruang bernama kelas. Jadi ada pertanyaan yang mencuat dari sini: Adakah
disekolah atau keberadaan guru sudah sedemikan membosankan ?
Realitas keempat seperti hendak
mengirimkan pesan bahwa para guru harus segera melakukan evaluasi
kedalam. Sepertinya sudah waktunya melakukan pelurusan kembali pemahaman
dalam memposisikan profesi guru. Apakah guru ditempatkan sebagai profesi,
sebagaimana karyawan pabrik, pebisnis, polisi atau lainnya yang bekerja dengan
uang motivasi utamanya? Ataukah para guru ditempatkan pada posisi mulia
sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dengan cara membangun kemulian dan karakter
pada diri pelajar.
Kesimpulan sederhananya, ketika para
guru slah memahami profesinya maka begeserlah fungsi guru secara
perlahan-lahan. Pergeseran ini menyebabkan kedua belah pihak tadinya
saling membutuhkan yakni antara guru dan siswa menjadi tidak lagi
saling membutuhkan, bahkan yang terjadi adalah komunikasi yang tidak sambung.
Ketidaksambungan ini menyebabkan komunikasi yang memberatkan dan
membosankan dalam proses belajar, mengajar dan mendidik sehingga sekolah
terjauhkan dari suasana membahagiakan.Dari sinilah konflik demi konflik
muncul dengan berbagai ukuran berat ringannya, membuat pihak-pihak yang
terlibat didalamnya gampang frustasi dan putus asa dalam mencetak generasi
penerus yang penuh dengan berbagai potensi yang dimiliki.
Guru dalaminterkasi sosialnya banyak
menanamkan kebaikan pasti akan mendapatkan balasan kebaikan
pula. Sebaliknya guru yang menanam keburukan seperti berlaku kasar,
pemarah, kaku dan mudah tersinggung–takkan mendapatkan hubungan yang harmonis
dengan siswanya. Ia akan tampil dengan sosok yang ditakuti, bukan dihormati
atau disegani .
Guru yang baik adalah guru yang
melandaskan interkasinya dengan siswa diatas nilai-nilai cinta layaknya seorang
ibu dengan anak. Sikap cinta, kasih dan sayang tercermin melalui kelembutan,
keabaran, kedekatan, keakraban serta sikap-sikap positi lainnya yang akan
melahirkan suasana harmonis yang mendukung demi terwujudknya tujuan
pendidikan meningkatkan derajat harkat dan martabat manusia.
Lebih dari itu, seorang guru
dituntut untuk mampu menciptakan pendekatan yang cocok untuk mengoptimalkan
potensi-potensi yang cemerlang yang dimiliki oleh siswa sehingga akan muncul
sosok generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. Pendekatan SAVI sebagai
solusi untuk mengangkat martabat siswa dan mencerdaskan potensinya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
diatas dapat dirumuskan permasalah yaitu:
- Apa defisini pendekatan SAVI untuk belajar?
- Bagaimana implikasinya dalam proses belajar mengajar?
Tujuan Makalah
Sehingga tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
- Untuk mengetahui definisi pendekatan SAVI untuk belajar
- Untuk mengetahui implikasi dalam proses belajar mengajar di kelas.
BAB II PEMBAHASAN
Belajar Berdasarkan Aktivitas
(Learning Based on Activity)
Belajar Berdasarkan Aktivitas
berarti bergerak Aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra
sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses
belajar.
Belajar secara konvensional
cenderung membuat peserta didik tidak aktif secara fisik dalam waktu yang
lama. Akibatnya terjadilah kelumpuhan otak dan belajarpun lambat layaknya
merayap atau berhenti sama sekali. Mengajak peserta didik untuk ,bangkit
dan bergerak secara berkala akan meyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah
ke otak dan dapat berpengaruh positif pada hasil belajar.
Belajar bedasarkan Aktifitas jauh
lebig efektif darpada yang didasrkan pada presentasi materi dan media.
Alasannya sederhana yaitu belajar itu mengajak peserta didik terlibat sepenuhnya.
Terbukti bahwa orang belajar lebih banyak dari aktifitas dan pengalaman yang
dipilih dengan tepat daripada belajar dengan duduk didepan guru, buku
panduan, televisi atau layar monitor.
Gerakan fisik dapat meningkatkan
proses mental. Bagiuan otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh (kortek
motor) terletak tepat sebelah bagian otak yang digunakan untuk
berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh
berarti menghalangi sirkulasi oksigen dan peredaran darah menuju otak.
Sebaliknya, belajar yang melibatkan berbagai macam aktivitas berarti
.memperlancar peredaran darah menuju otak yang cenderung membangkitkan
kecerdasan.
Contoh yang sangat sederhana terjadi
pada anak kecil ketika belajar. Anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena
mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Yang
tidak disadari bahwa hal yang sama berlaku pula bagi kebanyakan orang
dewasa. Belajar akan selalu terhambat jika memisahkan tubuh dan pikiran,
mengabaikan tubuh, dan menekankan kesadaran rasional saja sebagai pintu
gerbang menuju pikiran.
Banyak peserta didik atau bahkan
mahasiswa langsung jatuh tertidur jika tidak ada kesempatan yang melibatkan
gerakan fisik. Hal itu bukan karena materinya yang tidak bernilai melainkan
kesempatan mengerakan badan untuk mendapatkan pengalaman dalam belajar sangat
minim sekali. Akibatnya proses mencerdaskan peserta didik dan tujuan belajar
sedikit terhambat.
Pendekatan SAVI untuk belajar
Pembelajaran tidak otomatis
meningkat dengan menyuruh orang berdiri atau bergerak kesana kemari. Akan
tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktifitas intelektual
dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran.
Pendekatan seperti ini disebut dengan Pendekatan SAVI yaitu belajar yang
melibatkan unsur: Somatis, Auditory, Visual, dan intelektual.
- Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
- Auditory : Belajar dengan berbicara dan mendengar
- Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
- Intelektual : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada
agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini terpadu untuk
mencapai tujuan belajar.
Belajar Somatis
Somatis berasal dari Bahasa Yunani
yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikomatis). Jadi belajar somatis adalah
belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis- melibatkan fisik dan
menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
Anak-anak yang bersifat somtis tidak
dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran
mereka tetap hidup, sering dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan
merupakan ancaman bagi sistem. Mereka dicap hiperaktif dan kadang-kadang
mereka diberi obat penenang.
Anak-anak hiperaktif kadang-kadang
menderita karena sekolah tidak tahu cara memperlakukan mereka kecuali
menyatakan mereka sebagai manusia yang abnormal (Edward, 1976: 64).
Tubuh dan pikiran itu satu,.
Keduannya merupakan satu sistem elektris-kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu.
Pemisahan antara tubuh dan pikiran merupakan ketimpangan bagi siswa
yang memiliki karakter somatis, karena akan menghalangi fungsi pikiran mereka
sepenuhnya.
Untuk merangsang hubungan pikiran
dan tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang membuat peserta didik bangkit dan
berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak
semua pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, tetapi dengan beganti-ganti
menjalankan aktifitas belajar secara aktif dan pasif secara fisik berarti membantu
pembelajaran setiap peserta didik.
Belajar Auditory
Pikiran auditory lebih kuat daripada
yang kita sadari. Telinga kita terus menangkap dan menyimpan informasi
auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri
dengan berbicara, beberapa area penting di otak menjadi aktif.
Model siswa auditory lebih cepat
menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Proses sensori
modalities preference adalah menggunakan echonic memory atau auditory
sensory. Menurut Ascraft dalam Sugiarso (2006:25) bahwa echonic memory
merupakan sistem sistem ingatan ringkas yang menerima rangsangan pendengaran
dan mempertahankannya untuk beberapa saat. Jika perhatian diarahkan selama
interval kritis, informasi dapat dikirim ke dan ditangkap ke short term memory.
Ciri-ciri siswa auditory menurut De
Porter dan Herbarcki (2002:50) diantaranya adalah:
- Lebih cepat dengan mendengarkan
- Menggerakan bibir mereka dan menggucapkan tulisan dibuku ketika membaca
- Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
- Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
- Bagus dalam berbicara dan bercerita
- Berbicara dengan irama yang terpola
- Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
- Suka mengerjakan tugas berkelompok
Dalam merancang pelajaran yang
menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara untuk
mengajak mereka membicarakan apa yang mereka sedang pelajari. Suruh mereka
menterjemahkan pengalamannya dengan suara. Mintalah mereka membaca dengan
keras-keras- secara dramatis jika mereka mau. Ajak berbicara ketika memcahkan
masalah, membuat model, , mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja,
menguasai ketrampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan
makna-makna pribadi bagi mereka sendiri.
Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih
menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya
adalah dalam otak setiap orang terdpat banyak perangkat untuk memproses
informasi visual daripada semua indra yang lain (Dave Meier:2002:145).
Owen Caskey (2000:54) menegaskan
bahwa orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk mepelajri informasi
teknis dan ilmiah rata-rata memperoleh nilai 12% lebih baik untuk ingatan
jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakanpencitraan, dan
26% lebih baik untuk ingatan jangka panjang. Statistik ini berlaku bagi setiap
orang tanpa memandang usia, gender atau gaya belajar yang diplih.
Cara membantu siswa yang memiliki
gaya belajar visual adalah dengan memberikan contoh dari dunia nyata,
memberikan diagram, peta gagasan, ikon-ikon, dan gambar dari segala macam hal
ketika mereka sedang belajar. Kadang-kadang mereka dapat belajar lebih baik
jika mereka mampu menciptkan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra mreka
sendiri dari hal-hal yang sedang mereka pelajari.
Orang dewasa juga lebih mudah
belajar jika menciptakan piktogram, ikon atau pajangan tiga dimensi dan bentuk
visual lain dari materi pembelajaran mereka. Teknik lain yang bisa digunakan
adalah dengan meminta mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta
membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang
dicontohkannya.
Belajar Intelektual
Kata intelektual menunjukkan apa
yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka
menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptkan
hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual
merupakan bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan
membangun makna.
Menurut Dave Meier (2002:160) intelektual
adalah pencipta makna dalam pikiran , sarana yang digunakan manusia untuk
berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar.
Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif
tubuh untuk membuat makna baru.
Aspek intelektual akan terlatih jika
siswa diajak untuk terlibat dalam beberapa aktifitas seperti: memecahkan
masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan
gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi dan meramalkan implikasi suatu
gagasan.
SAVI: Satukanlah
Belajar bisa optimal jika keempat
unsur Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual ada dalam aktivitas
pembelajaran. Misalnya, siswa dapat belajar dengan menyaksikan presentasi
(visual), tetapi mereka juga dapat belajar jauh lebih banyak jika meraka dapat
melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (somatis), membicarakan
apa yang sedang diprenstasikan/dipelajari (auditori), dan memikirkan cara
menerapkan informasi dalam presentasi tersebut dalam kehidupan yang nyata
(intelektual), atau mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan
masalah (intelektual) atau secara siultan mereka mengerakkan sesuatu (somatis)
untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga dimensi (visual) smabil
membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (auditori).
Siklus Pembelajaran
Seluruh kegiatan belajar dan
pembelajaran mempunyai empat unsur. Unsur tersebut harus dilakukan secara
sistematis dari awal sampai akhir yaitu:
- Preparation : timbulnya minat
- Presentation : perjumpaan pertama dengan pengetahuan atau ketrampilan baru
- Practice : integrasi pengetahuan atau ketrampilan baru
- Penampilan Hasil: Penerapan pengetahuan dan ketrampilan baru pada situasi dunia nyata.
Preparation
Tahap preparation berkaitan dengan
mempersiapkan siswa untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam belajar.
Tujuan tahap preparation adalah menimbulkan minat para siswa, memberi perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka
dalam situasi optimal untuk belajar. Cara yang bisa dilakukan adalah:
- Memberikan sugesti positif
- Memberikan pernyataan yang memberi manfaat bagi siswa
- Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
- Membangkitkan rasa ingin tahu
- Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial yang positif
- Menenangkan rasa takut
- Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
- Merangsang rasa ingin tahu siswa dan mengajak terlibat aktif sejak awal
Presentation
Tujuan tahap presentasi adalah
membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang
menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra dan cocok untuk semua
gaya belajar. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan:
- Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
- Pengamatan fenomena dunia nyata
- Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh
- Presentasi interaktif
- Grafik dan sarana presentasi bervariasi
- Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
- Pelatihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
- Pengalaman dunia nyata yang kontekstual
- Pelatihan memecahkan masalah.
Practice
Tujuan tahap ini membantu siswa
mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai
cara. Cara ini bisa dilakukan dengan :
- Aktifitas pemrosesan belajar
- Usaha aktif, umpan balik, dan review
- Simulasi dunia nyata
- Permainan dalam belajar
- Pelatihan aksi pembelajaran
- Aktifitas pemecahan masalah
- Refleksi dan artikulasi individu
- Dialog berpasangan atau berkelompok
- Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
- Dan aktifitas praktis membangun ketrampilan.
Penampilan Hasil
Tujuan tahap penampilan hasil adalah
membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan
baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan
hasil akan terus meningkat.Aktifitas yang bisa dilakukan adalah:
- Menerapkan di dunia nyata dalam tempo segera
- Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
- Aktifitas penguatan penerapan
- Materi penguatan pasca sesi
- Pelatihan terus menerus
- Umpan balik dan evaluasi kinerja
Aplikasi Pendekatan SAVI terhadap
Proses Pembelajaran
Setelah mengetahui definisi
pendekatan SAVI dan empat segmen pembelajaran, berikut akan dipaparkan
aplikasi secara konkrit pada proses pembelajaran.
Untuk siswa yang dominan dengan
Somatis, dimana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik,
aktifitas yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar adalah
dengan: memperbanyak praktek di lapangan, melakukan demonstrasi langsung
terhadap suatu proses, belajar tidak harus dengan duduk, namun bisa dilakukan
dengan berbagai macam gerakan yang penting bisa membuat siswa nyaman dan tujuan
tetap tercapai, memperbanyak praktek di labolatorium, boleh menghafal sesuatu
asalkan diijinkan sambil berjalan/melakukan sesuatu, perbanyak role play dan
simulasi, biarkan/arahkan siswa berdiri dalam mempresentasikan sesuatu.
Dalam satu kelas biasanya terdiri
dari berbagai macam karakater siswa, karena itulah seorang guru tidak bisa
hanya menggunakan satu metode saja, akan tetapi gabungkan berbagai macam metode
dengan harapan siswa lebih aktif dan termotivasi dalam belajar karena siswa
somatis akan mulai bosan dengan apa yang diceramahkan. Mereka akan mulai
mencari perhatian dengan melakukan aktivitas mengganggu temanya, tidak
mendengarkan apa yang disampaikan atau bahkan tidur di bangku.Dalam situasi
seperti ini kreatifitas dan inovasi guru yang tinggi sangat
diperlukan untuk menciptakan efektifitas belajar.
Bagi siswa yang memiliki karakter
Auditory, dimana mereka lebih mudah menyerap informasi melalui
pendengaran maka aktivitas yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan
belajarnya adalah dengan menggunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio
dll), membiarkan membaca dengan nyaring dan suara yang keras, membuat diskusi
dalam kelas, menggunakan rekaman, sering memberikan pertanyaan, lebih
ditonjolkan belajar berkelompok.
Sedangkan bagi siswa yang
berkarakter visual, dimana lebih mudah menyerap informasi melalui daya
pengelihatan maka aktivitas yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan
kemampuannya adalah membiarkan mereka duduk di posisi paling depan sehingga mereka
bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan oleh guru, lebih
banyak membuat media dengan bagan-bagan, diagram, dan flow chart untuk
menjelaskan sesuatu, menggunakan media film atau power poin flash, meminta
mereka membuat poin-poin penting untuk dihafalkan, menggunakan berbagai macam
ilustrasi dan gambar, dan menggunakan warna-warni yang bervariasi pada tulisan.
Lingkungan Sosial yang Positip
sebagai Faktor Pendukung Suksesnya Pendekatan SAVI
Untuk membantu mempersiapkan siswa
mendapatkan pengalaman baru dan hasil yang optimal dalam belajar, ciptakanlah
lingkungan sosial yang baik dan menarik. Kerja sama sama yang baik antar
siswa dan guru akan menciptakan sinerji manusiawi yang memungkinkan berbagai
wawasan , gagasan dan informasi mengalir bebas dan dapat meningkatkan
pengalaman belajar bagi semua siswa. Tidak ada perasaan canggung untuk saling
berbagi pengalaman , informasi dan pengetahuan baru, sehingga setiap siswa bisa
menjadi fasilitator dalam belajar. Pengetahuan tidak hanya berasal dari satu
titik (guru ) akan tetapi setiap siswa bisa memberikan kontribusi yang positip
terhadap peningkatan hasil belajar. Guru hanya berfungsi sebagai stimulator
yang bisa merangsang siswa menjadi aktif dan produktif dalam lingkungan
belajar.
Lingkungan sosial yang positif akan:
memberikan suasana ketenangan, meningkatkan minat belajar, menimbulkan kerja
sama yang harmonis, terkesan manusiawi, meningkatkan kegairahan dan rasa
hormat pada sesama sehingga belajar terasa menyenangkan dan potensi diri bisa
berkembang secara maksimal.
Seorang guru bisa memulainya dengan
menggunakan beberapa media dan aktivitas seperti:
- Menggunakan mainan, boneka, market kardus, barang obralan, objek temuan dan benda apa saja yang dapat dibuat dan diperoleh yang bisa menjadikan pembelajaran menarik dan membuat gagasan terasa nyata.
- Ketika sedang mengajarkan suatu proses atau prosedur, gunakan hasta karya untuk menampilkannya besar-besar pada dinding atau papan tulis magnetis. Selanjutnya mintalah siswa untuk membongkarnya dan menyusunnya kembali sebagai aktivitas belajar.
- Sampaikanlah cerita yang banyak sentuhan manusiawi yang dapat menggambarkan bahan pelajaran yang bisa meningkatkan karakter siswa.
- Pakailah kostum atau jenis pakaian atau sarana yang tepat ketika kita mengemukakan poin yang penting sehingga akan tetap diingat oleh siswa.seperti “Kanan kencang, Kiri longgar” akan membantu siswa mengingat cara kerja suatu sistem seperti mur dan baut, bola lampu, dan obeng.
- Bumbui materi dengan analogi dan kiasan dengan menggunakan fenomena yang sudah dikenal dari alam dan kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan cara kerja cara kerja suatu sistem
- Sampaikan presentasi dalam bentuk “Talk Show” yakni dengan mewawancarai seseorang atau beberapa ahli sebagai bahan pelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh siswa sehingga siswa lebih berani dalam bertanya dan menggungkapkan gagasan.
- Gunakanlah sebuah audio visual untuk membantu siswa dalam meningkatkan daya imajinasi dan rasa ingin tahu terhadap hal baru.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menggabungkan gerakan fisik
dengan aktifitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat
berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan seperti ini disebut dengan
Pendekatan SAVI yaitu belajar yang melibatkan unsur: Somatis, Auditory, Visual,
dan Intelektual.
- Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat
- Auditory : Belajar dengan berbicara dan mendengar
- Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
- Intelektual : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada
agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini terpadu untuk
mencapai tujuan belajar.
Penting sekali siswa diajak terlibat
sepenuhnya dalam proses belajar karena belajar bukanlah aktivitas yang hanya
bisa ditonton, melainkan sangat membutuhkan peran semua pihak. Selain itu
belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif menciptakan
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman baru.
Tidak hanya guru yang akan
memberikan pengetahuan baru, akan tetapi semua siwa mempunyai kontribusi yang
positif dalam memberikan ide, gagasan dan informasi baru dalam proses belajar
sehingga siswa dituntut aktif dalam proses be.lajar.
Guru hanya berperan sebagai
stimulator untuk merangsang siswa lebih aktif melalui aktifitas-aktifitas
yang terencana dan berbagai media yang bervariasi dan menarik sehingga mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Lingkungan sosial yang positif akan
menciptakan sinerji manusiawi yang memungkinkan berbagai macam ide dari siswa
mengalir bebas yang akan meningkatkan rasa percaya diri untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki siwa.
Saran
Guru sebagai pendidik dan pengajar
disadari atau tidak mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar dalam
menciptakan generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. Oleh karena itu, guru
dituntut mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan potensi dan karakteristik
siswa sehingga pembelajaran akan akan berjalan efektif, tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan mudah dan potensi serta prestasi siswa akan
berkembang secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ascraft, H. 2000. Inteligence
Reframed: Multiple Intelligence for 21th Century. New York: Basic Books
Cascey, Owen .2000. A Humanistic
Approach to Teacher Preparation. Boston:Allyn and Bacon Inc
Dave, M . 2002. The Accelererated
Learning: Handbook, Bandung. Kaifa
De Porter, Bobbi & Hernaki,
Mike. 2002. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
Bandung: Kaifa
Langganan:
Postingan (Atom)