Senin, 08 Juli 2013

1 ramadhan 1434 H

penentuan tanggal 1 Ramadhan terjadi lagi silang pendapat antara dua ormas besar di republik ini. antara NU dan MUHAMMADIYAH, jauh hari muhammadiyah telah memberikan pengumuman kepada warga muhammadiyah dan simpatisan bahwa tanggal 1 Ramadhan jatuh pada hari selasa tanggal 9 juli 2013. sedangkan pemerintah yang di dalamnya kebanyakan dari PBNU mengumumkan 1 ramadhan tanggal 10 juli 2013, yang bingung sekarang ialah masyarakat awam yang tidak tau apa-apa, sedangkan islam mengajarkan bukan berapa derajatnya tapi yang melihat bulannya. kalau mummadiyah menyatakan itu dan bisa dipertanggungjawabkan kenapa tidak kita bersama-sama berpuasa saja. terlepas dari itu untuk menjalin persatuan dan kesatuan marilah kita singkirkan ego masing-masing. bukan muhammadiyah juga bukan NU tapi kita ini ISLAM, bagaimana islam akan bangkit kalau penetapan 1 Ramadhan saja berbeda. Indonesia memang terdiri dari berbagai suku bangsa tapi tidak mesti juga dalam hal agama kita berbeda...

Minggu, 07 Juli 2013

webmaster indonesia


Senin, 13 Agustus 2012




gita cherry
Mengenal Gita Cherry Webmaster Google Pertama dari Indonesia – Mungkin tidak banyak yang mengenal gadis cantik bernama lengkap Gita Cherry Prabhandhari ini. Gita adalah orang pertama dan satu-satunya ( the one and only ! ) webmaster orang Indonesia yang bekerja di kantor raksasa search engine Google. Gita gadis penggemar media digital ini lahir di Indonesia, memperoleh beasiswa pasca sarjana melanjutkan kuliahnya di Ritsumeikan Asia Pacific University Jepang dan sekarang bekerja sebagai Search Quality Associate – Indonesian di markas besar Google di kota Dublin Irlandia. Wow..kereeenn euy..!! Inilah srikandi Indonesia yang mendeklarasikan dirinya sebagai Google spam-fighter !! So buat blogger yang hobi nyepam ini dia nih mata-matanya Google khusus buat ngawasin para spammer di Indonesia. Gita juga adalah orang yang berjasa banyak membantu Kaspar Szymanski (Google Webspam Team) untuk menjawab pertanyaan beruntun dari para blogger Indonesia saat google mengumumkan bahwa “Kontes SEO di Indonesia Melanggar TOS Google” pada bulan Maret 2012 kemarin. Baca beritanya  : disini

Si manis yang menguasai 3 bahasa Indonesia, Inggris dan Jepang ini punya spesalisasi di bidang Spam Investigation, Digital Media Planning, Web Analytics, Oral History, Social Research dan Web Building. Kemudian karena jabatannya sebagai  Search Quality Associate – Indonesian maka Gita memiliki beberapa tugas utama seperti :
  • Peninjauan ulang kualitas dan konten situs
  • Meningkatkan kualitas hasil pencarian Google dengan mengevaluasi website untuk mengidentifikasi bidang yang menjadi perhatian dan kepentingan
  • Bekerja sama dengan tim teknik untuk meningkatkan kualitas pencarian Google
  • Mengembangkan dan berbagi praktek untuk penyelidikan pencarian kualitas dan analisis
  • Memeriksa dan menganalisis isu-isu kualitas pencarian di indeks Google
  • Fokus pada kualitas pencarian Google di Indonesia
Nah itu dia sobat sedikit profil tentang Gita Cherry Webmaster Google Pertama dari Indonesia. Buat yang ingin mengenal lebih jauh atau ingin berkomunikasi dengan mbak Gita silahkan kunjungi akun google plus Gita Cherry dan masukkan Gita dalam lingkaran anda. Sebagai blogger sepatutnya kita turut bangga karena ternyata diluar sana ada seorang webmaster hebat dari Indonesia.


pengaduan ke pihak JNE

perlakuan jasa pengiriman barang JNE yang kurang profesional membuat banyak orang yang kurang sregg. pengaduan saya terkait paket yang dikirimkan dari bandung sudah tertunda sudah hampir 1 pekan. padahal paket itu saya cek di tracking online sudah terkirim dan yang menerima lisa, padahal diatas paket sudah jelas nama yang dikirimi dan ada juga nomor hp saya, tapi tidak pernah juga ditelpon pihak JNE ataupun disms. malah disuruh lagi menunggu dengan alasan akan melakukan penarikan dari pihak yang menerima, jangan-jangan pihak JNE ini mengirim barang hanya asal-asalan saja yang penting barang terkirim, tapi ini kan merugikan banyak pihak baik pihak yang mengirim barang(toko online) maupun pihak dari yang memesan paket. sekiranya dari pengaduan ini bisa diperbaiki kinerja JNE kota makassar supaya lebih profesional lagi karena ongkos pengiriman barang juga naik seharusnya kinerja para pekerja menjadi lebih profesional jangan hanya mau untung saja.

Selasa, 02 Juli 2013

kenaikan BBM

Kenaikan BBM memicu reaksi banyak pihak, dari kalangan rakyat biasa sampai anarkisnya aksi mahasiswa yang membuat aparat keamanan begitu ketat dalam mengamankan masyarakat dan mahasiswa yang bertindak anarkis dalam aksi. mahasiswa yang turun atas nama rakyat berusaha terus mendapatkan simpatik dari lapisan masyarakat tapi sebaliknya hanya mendapat antipati dikarenakan terlalu membuat masyarakat tidak leluasa move on dari jalan akibat dari para aksi mahasiswa tersebut. disisi lain pemerintah dengan iming-iming bantuan langsung tunainya membuat masyarakat ada yang pro dan kontra. begitu banyak masyarakat kita yang seharusnya mendapatkan bantuan tapi mereka tidak mendapatkan,begitu sebaliknya, tidak tepat sasarannya bantuan ini yang menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat membuat mereka banyak melakukan aksi di pemerintahan.

Pendekatan SAVI


Pendekatan Savi (Somatis, Auditor, Visual Dan Intelektual) Sebagai Upaya Peningkatan Potensi Dan Prestasi Belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada kekhawatiran menyeruak, ketika menyaksikan tawuran antar pelajar bergejolak dimana-man. Ada kegalauan muncul kala menjumpai  realitas guru lebih banyak memberikan hukuman (punishment) daripada memberikan penghargaan (reward) kepada siswanya. Ada kegelisahan muncul, saat melihat siswanya berteriak girang tatkala mendengar gurunya tidak hadir hari ini. Ada kegundahan membuncah tatkala menyaksikan para guru turun ke jalan, berdemo berhari-hari menuntut kenaikan gaji.
Mengapa kwatir, galau, gundah dan gelisah? Realitas pertama menunjukan bahwa pelajar kini sangat dekat dengan kekerasan, yang jelas bertotalk belakang dengan dunia mereka sendiri yakni dunia pendidikan dan keilmuan. Pendidikan adalah dunia yang terlahir  dari rahim kasih sayang. Seorang ibu akan mengasuh dan mendidik anaknya disebabkan naluri kasih sayang yang dimilikinya. Jadi, jelas  kekerasan pelajar  ini menyisakan sebuah pertanyaan besar. Mengapa dunia kasih sayang  kini mulai melahirkan kekerasan?
Realitas kedua menyiratkan mulai meredupnya  nuansa  kasih sayang dalam berinteraksi  anatara guru dengan siswa. Aroma konflik  dan kerengangan  hubungan terasa mengental saat guru lebih suka menghukum daripada tersenyum , saat guru lebih suka menghardik daripada  daripada bersikap empati. Alhasil apabila hal ini dicermati lebih jauh akan muncul satu pertanyaan besar lagi. Adakah para guru sudah beralih fungsi  dari merengkuh dan membimbing menjadi menghukum dan menghakimi  belaka?
Realitas ketiga menggambarkan adanya perbedaan rasa antara guru dengan siswa. Kedua pihak secara fisik memang berkumpul  dan bertemu diruang-ruang kelas di sekolah, tapi pada kenyataannya mereka tida beminat untuk bertemu. Lantas pertemuan menjadi beban belaka  bagi kedua pihak. Karena terpaksa saja keduannya bisa berkumpul dalam satu ruang bernama kelas. Jadi ada pertanyaan yang mencuat dari sini: Adakah disekolah  atau keberadaan guru  sudah sedemikan membosankan ?
Realitas keempat seperti hendak mengirimkan pesan bahwa  para guru harus segera melakukan evaluasi kedalam. Sepertinya sudah waktunya melakukan pelurusan kembali  pemahaman dalam memposisikan profesi guru. Apakah guru ditempatkan sebagai profesi, sebagaimana karyawan pabrik, pebisnis, polisi atau lainnya yang bekerja dengan uang motivasi utamanya? Ataukah para guru ditempatkan pada posisi mulia  sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dengan cara membangun kemulian dan karakter pada diri pelajar.
Kesimpulan sederhananya, ketika para guru slah memahami  profesinya maka begeserlah fungsi guru  secara perlahan-lahan. Pergeseran ini menyebabkan kedua belah pihak  tadinya saling membutuhkan  yakni antara guru dan siswa  menjadi tidak lagi saling membutuhkan, bahkan yang terjadi adalah komunikasi yang tidak sambung. Ketidaksambungan ini menyebabkan komunikasi  yang memberatkan  dan membosankan dalam proses belajar, mengajar dan mendidik  sehingga sekolah terjauhkan  dari suasana membahagiakan.Dari sinilah konflik demi konflik muncul dengan berbagai ukuran berat ringannya, membuat pihak-pihak yang terlibat didalamnya gampang frustasi dan putus asa dalam mencetak generasi penerus yang penuh dengan berbagai potensi yang dimiliki.
Guru dalaminterkasi sosialnya banyak menanamkan  kebaikan  pasti akan mendapatkan balasan  kebaikan pula. Sebaliknya guru yang menanam keburukan  seperti  berlaku kasar, pemarah, kaku dan mudah tersinggung–takkan mendapatkan hubungan yang harmonis dengan siswanya. Ia akan tampil dengan sosok yang ditakuti, bukan dihormati atau disegani .
Guru yang baik adalah guru yang melandaskan interkasinya dengan siswa diatas nilai-nilai cinta layaknya seorang ibu dengan anak. Sikap cinta, kasih dan sayang tercermin melalui kelembutan, keabaran, kedekatan, keakraban serta sikap-sikap positi lainnya yang akan melahirkan suasana harmonis yang mendukung demi terwujudknya tujuan pendidikan  meningkatkan derajat harkat dan martabat manusia.
Lebih dari itu, seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan pendekatan yang cocok untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang cemerlang yang dimiliki oleh siswa sehingga akan muncul sosok generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. Pendekatan SAVI sebagai solusi untuk mengangkat martabat siswa  dan mencerdaskan potensinya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalah yaitu:
  1. Apa defisini pendekatan SAVI untuk belajar?
  2. Bagaimana implikasinya dalam  proses belajar mengajar?
Tujuan Makalah
Sehingga tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
  1. Untuk mengetahui definisi pendekatan SAVI untuk belajar
  2. Untuk mengetahui implikasi dalam proses belajar mengajar di kelas.
BAB II PEMBAHASAN
Belajar Berdasarkan Aktivitas (Learning Based on Activity)
Belajar Berdasarkan Aktivitas berarti bergerak Aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat  dalam proses belajar.
Belajar secara konvensional cenderung membuat peserta didik  tidak aktif secara fisik dalam waktu yang lama. Akibatnya terjadilah kelumpuhan otak  dan belajarpun lambat layaknya merayap atau berhenti sama sekali. Mengajak peserta didik  untuk ,bangkit dan bergerak secara berkala akan meyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak dan dapat berpengaruh positif pada hasil belajar.
Belajar bedasarkan Aktifitas jauh lebig efektif darpada yang didasrkan pada presentasi materi dan media. Alasannya sederhana yaitu belajar itu mengajak peserta didik terlibat sepenuhnya. Terbukti bahwa orang belajar lebih banyak dari aktifitas dan pengalaman yang dipilih dengan tepat daripada belajar dengan duduk  didepan guru, buku panduan, televisi atau layar monitor.
Gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental. Bagiuan otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh  (kortek motor)  terletak tepat sebelah bagian otak  yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi  sirkulasi oksigen dan peredaran darah menuju otak. Sebaliknya, belajar yang melibatkan berbagai macam aktivitas berarti .memperlancar peredaran darah  menuju otak yang cenderung membangkitkan kecerdasan.
Contoh yang sangat sederhana terjadi pada anak kecil ketika belajar. Anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena mereka menggunakan  seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Yang tidak disadari bahwa hal yang  sama berlaku pula bagi kebanyakan orang dewasa. Belajar akan selalu terhambat jika memisahkan  tubuh dan pikiran, mengabaikan tubuh, dan menekankan kesadaran rasional  saja sebagai pintu gerbang menuju pikiran.
Banyak peserta didik atau bahkan mahasiswa langsung jatuh tertidur jika tidak ada kesempatan yang melibatkan gerakan fisik. Hal itu bukan karena materinya yang tidak bernilai melainkan kesempatan mengerakan badan untuk mendapatkan pengalaman dalam belajar sangat minim sekali. Akibatnya proses mencerdaskan peserta didik dan tujuan belajar sedikit terhambat.
Pendekatan SAVI untuk belajar
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri atau bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik  dengan aktifitas intelektual  dan penggunaan semua indra  dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan seperti ini disebut dengan Pendekatan SAVI yaitu belajar yang melibatkan unsur: Somatis, Auditory, Visual, dan intelektual.
  1. Somatis            : Belajar dengan bergerak dan berbuat
  2. Auditory           : Belajar dengan berbicara dan mendengar
  3. Visual               : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
  4. Intelektual         : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini terpadu untuk mencapai tujuan belajar.
Belajar Somatis
Somatis berasal dari Bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam psikomatis). Jadi belajar somatis adalah belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis- melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan  tubuh sewaktu belajar.
Anak-anak yang bersifat somtis tidak dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup, sering dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan merupakan ancaman bagi sistem. Mereka dicap hiperaktif  dan kadang-kadang mereka diberi obat penenang.
Anak-anak hiperaktif kadang-kadang menderita karena sekolah tidak tahu cara memperlakukan mereka kecuali menyatakan mereka sebagai manusia yang abnormal (Edward, 1976: 64).
Tubuh dan pikiran itu satu,. Keduannya merupakan satu sistem elektris-kimiawi-biologis yang benar-benar terpadu. Pemisahan antara tubuh dan pikiran merupakan ketimpangan  bagi  siswa yang memiliki karakter somatis, karena akan menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya.
Untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh, ciptakanlah suasana belajar yang membuat peserta didik bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, tetapi dengan beganti-ganti menjalankan aktifitas belajar secara aktif dan pasif secara fisik berarti membantu pembelajaran setiap peserta didik.
Belajar Auditory
Pikiran auditory lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak menjadi aktif.
Model siswa auditory lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Proses sensori modalities  preference adalah menggunakan echonic memory atau auditory sensory. Menurut  Ascraft dalam Sugiarso (2006:25) bahwa echonic memory merupakan sistem sistem ingatan ringkas yang menerima rangsangan pendengaran dan mempertahankannya untuk beberapa saat. Jika perhatian diarahkan selama interval kritis, informasi dapat dikirim ke dan ditangkap ke short term memory.
Ciri-ciri siswa auditory menurut De Porter dan Herbarcki (2002:50) diantaranya adalah:
  1. Lebih cepat dengan mendengarkan
  2. Menggerakan bibir mereka dan menggucapkan tulisan dibuku ketika membaca
  3. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
  4. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara
  5. Bagus dalam berbicara dan bercerita
  6. Berbicara dengan irama yang terpola
  7. Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar
  8. Suka mengerjakan tugas berkelompok
Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang mereka sedang pelajari. Suruh mereka menterjemahkan pengalamannya dengan suara. Mintalah mereka membaca dengan keras-keras- secara dramatis jika mereka mau. Ajak berbicara ketika memcahkan masalah, membuat model, , mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai ketrampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi mereka sendiri.
Belajar Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah dalam otak setiap orang terdpat banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain (Dave Meier:2002:145).
Owen Caskey (2000:54) menegaskan bahwa orang yang menggunakan pencitraan (simbol) untuk mepelajri informasi teknis dan ilmiah rata-rata memperoleh nilai 12% lebih baik untuk ingatan jangka pendek dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakanpencitraan, dan 26% lebih baik untuk ingatan jangka panjang. Statistik ini berlaku bagi setiap orang tanpa memandang usia, gender atau gaya belajar yang diplih.
Cara membantu siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah dengan memberikan contoh dari dunia nyata, memberikan diagram, peta gagasan, ikon-ikon, dan gambar dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar. Kadang-kadang mereka dapat belajar lebih baik jika mereka mampu menciptkan peta gagasan, diagram, ikon, dan citra mreka sendiri dari hal-hal yang sedang mereka pelajari.
Orang dewasa juga lebih mudah belajar jika menciptakan piktogram, ikon atau pajangan tiga dimensi dan bentuk visual lain dari materi pembelajaran mereka. Teknik lain yang bisa digunakan adalah dengan meminta mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang dicontohkannya.
Belajar Intelektual
Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman  dan menciptkan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Intelektual merupakan bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.
Menurut Dave Meier (2002:160) intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran , sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Intelektual menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru.
Aspek intelektual akan terlatih jika siswa diajak untuk terlibat dalam beberapa aktifitas seperti: memecahkan masalah, menganalisa pengalaman, mengerjakan perencanaan strategis, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi dan meramalkan implikasi suatu gagasan.
SAVI: Satukanlah
Belajar bisa optimal jika keempat unsur Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual ada dalam aktivitas pembelajaran. Misalnya, siswa dapat belajar dengan menyaksikan presentasi (visual), tetapi mereka juga dapat belajar jauh lebih banyak jika meraka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (somatis), membicarakan apa yang sedang diprenstasikan/dipelajari (auditori), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut dalam kehidupan yang nyata (intelektual), atau mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah (intelektual) atau secara siultan mereka mengerakkan sesuatu (somatis) untuk menghasilkan piktogram  atau pajangan tiga dimensi (visual) smabil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (auditori).
Siklus Pembelajaran
Seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran mempunyai empat unsur. Unsur tersebut harus dilakukan secara sistematis dari awal sampai akhir yaitu:
  1. Preparation : timbulnya minat
  2. Presentation : perjumpaan pertama  dengan pengetahuan atau ketrampilan baru
  3. Practice : integrasi pengetahuan atau ketrampilan baru
  4. Penampilan Hasil: Penerapan pengetahuan dan ketrampilan baru pada situasi dunia nyata.
Preparation
Tahap preparation berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam belajar. Tujuan tahap preparation adalah menimbulkan minat para siswa, memberi perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal  untuk belajar. Cara yang bisa dilakukan adalah:
  1. Memberikan sugesti positif
  2. Memberikan pernyataan yang memberi manfaat bagi siswa
  3. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
  4. Membangkitkan rasa ingin tahu
  5. Menciptakan lingkungan fisik, emosional dan sosial  yang positif
  6. Menenangkan rasa takut
  7. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
  8. Merangsang rasa  ingin tahu siswa dan mengajak terlibat aktif sejak awal
Presentation
Tujuan tahap presentasi adalah membantu siswa menemukan materi belajar yang baru  dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan:
  1. Uji coba kolaboratif  dan berbagai pengetahuan
  2. Pengamatan fenomena dunia nyata
  3. Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh
  4. Presentasi interaktif
  5. Grafik dan sarana presentasi bervariasi
  6. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
  7. Pelatihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
  8. Pengalaman dunia nyata yang kontekstual
  9. Pelatihan memecahkan masalah.
Practice
Tujuan tahap ini membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Cara ini bisa dilakukan dengan :
  1. Aktifitas pemrosesan belajar
  2. Usaha aktif, umpan balik, dan review
  3. Simulasi dunia nyata
  4. Permainan dalam belajar
  5. Pelatihan aksi pembelajaran
  6. Aktifitas pemecahan masalah
  7. Refleksi dan artikulasi individu
  8. Dialog berpasangan atau berkelompok
  9. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
  10. Dan aktifitas praktis membangun ketrampilan.
Penampilan Hasil
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu siswa menerapkan  dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.Aktifitas yang bisa dilakukan adalah:
  1. Menerapkan di dunia nyata dalam tempo segera
  2. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
  3. Aktifitas penguatan penerapan
  4. Materi penguatan pasca sesi
  5. Pelatihan terus menerus
  6. Umpan balik dan evaluasi kinerja
Aplikasi Pendekatan SAVI terhadap Proses Pembelajaran
Setelah mengetahui definisi pendekatan SAVI dan empat segmen  pembelajaran, berikut akan dipaparkan aplikasi secara konkrit pada proses pembelajaran.
Untuk siswa yang dominan dengan Somatis, dimana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, aktifitas yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar adalah dengan: memperbanyak praktek di lapangan, melakukan demonstrasi langsung terhadap suatu proses, belajar tidak harus dengan duduk, namun bisa dilakukan dengan berbagai macam gerakan yang penting bisa membuat siswa nyaman dan tujuan tetap tercapai, memperbanyak praktek di labolatorium, boleh menghafal sesuatu asalkan diijinkan sambil berjalan/melakukan sesuatu, perbanyak role play dan simulasi, biarkan/arahkan siswa berdiri dalam mempresentasikan sesuatu.
Dalam satu kelas biasanya terdiri dari berbagai macam karakater siswa, karena itulah seorang guru tidak bisa hanya menggunakan satu metode saja, akan tetapi gabungkan berbagai macam metode dengan harapan siswa lebih aktif dan termotivasi dalam belajar karena siswa somatis akan mulai bosan dengan apa yang diceramahkan. Mereka akan mulai mencari perhatian dengan melakukan aktivitas mengganggu temanya, tidak mendengarkan apa yang disampaikan atau bahkan tidur di bangku.Dalam situasi seperti ini  kreatifitas dan inovasi guru yang tinggi sangat diperlukan  untuk menciptakan efektifitas belajar.
Bagi siswa yang memiliki karakter Auditory, dimana  mereka lebih mudah  menyerap informasi melalui pendengaran maka aktivitas yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajarnya adalah dengan menggunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio dll), membiarkan membaca dengan nyaring dan suara yang keras, membuat diskusi dalam kelas, menggunakan rekaman, sering memberikan pertanyaan, lebih ditonjolkan belajar berkelompok.
Sedangkan bagi siswa yang berkarakter visual, dimana lebih mudah menyerap informasi melalui daya pengelihatan maka aktivitas yang bisa dilakukan  untuk memaksimalkan kemampuannya adalah membiarkan mereka duduk di posisi paling depan sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan oleh guru, lebih banyak membuat media dengan bagan-bagan, diagram, dan flow chart untuk menjelaskan sesuatu, menggunakan media film atau power poin flash, meminta mereka membuat poin-poin penting untuk dihafalkan, menggunakan berbagai macam ilustrasi dan gambar, dan menggunakan warna-warni yang bervariasi pada tulisan.
Lingkungan Sosial yang Positip sebagai Faktor Pendukung Suksesnya Pendekatan SAVI
Untuk membantu mempersiapkan siswa mendapatkan pengalaman baru dan hasil yang optimal dalam belajar, ciptakanlah lingkungan sosial yang baik  dan menarik. Kerja sama sama yang baik antar siswa dan guru akan menciptakan sinerji manusiawi yang memungkinkan berbagai wawasan , gagasan dan informasi mengalir bebas dan dapat meningkatkan pengalaman belajar bagi semua siswa. Tidak ada perasaan canggung untuk saling berbagi pengalaman , informasi dan pengetahuan baru, sehingga setiap siswa bisa menjadi fasilitator dalam belajar. Pengetahuan tidak hanya berasal dari satu titik (guru ) akan tetapi setiap siswa bisa memberikan kontribusi yang positip terhadap peningkatan hasil belajar. Guru hanya berfungsi sebagai stimulator yang bisa merangsang siswa menjadi aktif dan produktif dalam lingkungan belajar.
Lingkungan sosial yang positif akan: memberikan suasana ketenangan, meningkatkan minat belajar, menimbulkan kerja sama yang harmonis, terkesan manusiawi, meningkatkan kegairahan  dan rasa hormat pada sesama sehingga belajar terasa menyenangkan dan potensi diri bisa berkembang secara maksimal.
Seorang guru bisa memulainya dengan menggunakan beberapa media dan aktivitas seperti:
  1. Menggunakan mainan, boneka, market kardus, barang obralan, objek temuan  dan benda apa saja yang dapat dibuat dan diperoleh yang bisa menjadikan pembelajaran menarik dan membuat gagasan terasa nyata.
  2. Ketika sedang mengajarkan suatu proses atau prosedur, gunakan hasta karya untuk menampilkannya besar-besar pada dinding atau papan tulis magnetis. Selanjutnya mintalah siswa untuk membongkarnya dan menyusunnya kembali sebagai aktivitas belajar.
  3. Sampaikanlah cerita yang banyak sentuhan manusiawi yang dapat menggambarkan bahan pelajaran yang bisa meningkatkan karakter siswa.
  4. Pakailah kostum atau jenis pakaian  atau sarana yang tepat  ketika kita mengemukakan poin yang penting sehingga akan tetap diingat oleh siswa.seperti “Kanan kencang, Kiri longgar” akan membantu siswa mengingat cara kerja suatu sistem seperti mur dan baut, bola lampu, dan obeng.
  5. Bumbui materi dengan analogi dan kiasan dengan menggunakan fenomena yang sudah dikenal dari alam dan kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan cara kerja cara kerja suatu sistem
  6. Sampaikan presentasi dalam bentuk “Talk Show” yakni dengan mewawancarai seseorang atau beberapa ahli sebagai bahan pelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh siswa sehingga siswa lebih berani dalam bertanya dan menggungkapkan gagasan.
  7. Gunakanlah sebuah audio visual untuk membantu siswa dalam meningkatkan daya imajinasi dan rasa ingin tahu terhadap hal baru.

BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu menggabungkan gerakan fisik  dengan aktifitas intelektual  dan penggunaan semua indra  dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Pendekatan seperti ini disebut dengan Pendekatan SAVI yaitu belajar yang melibatkan unsur: Somatis, Auditory, Visual, dan Intelektual.
  1. Somatis            : Belajar dengan bergerak dan berbuat
  2. Auditory           : Belajar dengan berbicara dan mendengar
  3. Visual               : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
  4. Intelektual         : Belajar denga memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar belangsung optimal, karena keempat unsur ini terpadu untuk mencapai tujuan belajar.
Penting sekali siswa diajak terlibat sepenuhnya dalam proses belajar karena belajar bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat membutuhkan peran semua pihak. Selain itu belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif  menciptakan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman baru.
Tidak hanya guru yang akan memberikan pengetahuan baru, akan tetapi semua siwa mempunyai kontribusi yang positif dalam memberikan ide, gagasan dan informasi baru dalam proses belajar sehingga siswa dituntut aktif dalam proses be.lajar.
Guru hanya berperan sebagai stimulator untuk merangsang siswa lebih aktif  melalui aktifitas-aktifitas yang terencana dan berbagai media yang bervariasi dan menarik sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Lingkungan sosial yang positif  akan menciptakan sinerji manusiawi yang memungkinkan berbagai macam ide dari siswa mengalir bebas yang akan meningkatkan rasa percaya diri untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siwa.
Saran
Guru sebagai pendidik dan pengajar disadari atau tidak mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar dalam menciptakan generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. Oleh karena itu, guru dituntut mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan potensi dan karakteristik siswa sehingga pembelajaran akan akan berjalan efektif,  tujuan pembelajaran akan tercapai dengan mudah dan potensi serta prestasi siswa akan berkembang secara optimal.
              DAFTAR PUSTAKA
Ascraft, H. 2000. Inteligence Reframed: Multiple Intelligence for 21th Century. New York: Basic Books
Cascey, Owen .2000. A Humanistic Approach to Teacher Preparation. Boston:Allyn and Bacon Inc
Dave, M . 2002. The Accelererated Learning: Handbook, Bandung. Kaifa
De Porter, Bobbi & Hernaki, Mike. 2002. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa